Badai Informasi


Sekitar 10 tahun yang lalu, waktu pertama kali saya belajar menanam anggur, informasi seputar berkebun anggur masih sangat langka.

Hampir semua penghobi anggur di era tersebut hanya mengandalkan referensi terbatas dan eksperimen mandiri.

Berbeda dengan hari ini.

Di internet seperti YouTube misalnya, informasi cara berkebun anggur sudah sangat bejibun.

Ada 1001 cara yang dibagikan oleh ratusan penghobi anggur, baik pemula maupun berpengalaman, di channel YouTube mereka masing-masing.

Namun di balik banjirnya informasi tersebut, ternyata muncul masalah lain yang tak kalah ngeselin, lho.

Masalah yang muncul antara lain:

1. Fakta VS Asumsi

Tidak semua informasi yang bergentayangan di internet hari ini bisa kita telan mentah-mentah.

Karena enggak sedikit penghobi yang baru menanam anggur kemarin sore, lalu di hari berikutnya sudah ikut-ikutan sharing pengalaman menanam anggur, tanpa dilandasi referensi yang cukup.

Sah-sah aja sih, berbagi pengalaman di internet.

Namun yang dikhawatirkan adalah jika ia tidak hanya berbagi pengalaman, tetapi sharing juga informasi seputar berkebun anggur yang dilandasi asumsi / opini semata – karena minimnya referensi tadi.

Sementara para penonton, bisa jadi menganggap orang tersebut sudah sangat berpengalaman, sehingga penonton menerima begitu saja informasi yang diberikan, tanpa mengecek kebenarannya terlebih dahulu.

Yang namanya informasi cuma berdasarkan asumsi, maka bisa benar dan bisa salah.

Terus, kalo ternyata salah gimana, tuh?

Yang dirugikan pasti para penonton, kan!?

Jadi, jangan mudah menelan informasi mentah-mentah, sebagaimana kehati-hatian kita mengonsumsi berita di internet yang kadang ada unsur politik dan hoax. 🧐

2. Sepenggal & Acak

Meskipun sekarang banyak referensi seputar berkebun anggur di internet, namun masih sangat sedikit referensi yang memberikan informasi secara lengkap dan sistematis.

Sebagian besar informasi hanya sepenggal-sepenggal dan acak.

Hal tersebut tentu menyulitkan penghobi pemula dalam belajar berkebun anggur secara otodidak. Karena mereka tidak memiliki panduan langkah demi langkah yang runut dan komprehensif.

Ujung-ujungnya, mereka harus bereksperimen untuk membuat alur kerja mereka sendiri, sebagaimana yang saya dan kawan-kawan lakukan 10 tahun lalu.

Dengan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, upaya eksperimen tersebut akan menjadi pekerjaan yang sangat menantang untuk dilakukan.

Mereka harus siap melakukan kesalahan di sana-sini selama merawat pohon anggur, sampai mereka menjadi paham perlakuan mana yang salah dan mana yang benar.

Aahhh pengalaman saya, itu bakal menyita banyak waktu, biaya, dan tenaga.

Jadi, enggak ada bedanya kondisi sekarang dengan sepuluh tahun yang lalu dalam hal ini. 😑

3. Banyak Pilihan = Pusing

Ada banyak versi panduan menanam dan merawat pohon anggur di internet.

Antara sumber yang satu dengan lainnya seringkali mengajarkan cara berbeda, bahkan tak jarang saling berseberangan.

Kita dituntut memilih satu dari sekian banyak versi tersebut.

Kedengarannya mudah, ya? Tinggal pilih aja versi yang kita suka.

Tapi kenyataannya, enggak segampang itu, lho.

Sudah menjadi fitrah manusia, kita bakal sulit memilih sesuatu yang pilihannya ada banyak.

Menurut beberapa sumber yang saya baca, kebanyakan orang akan mulai kesulitan memilih ketika diberi lebih dari 3 pilihan berbeda.

Lhaa, terus gimana nasih kita yang disodori puluhan versi berbeda?

Pusing banget enggak, tuh? 🥴

Biasanya nih, kita cenderung berpindah-pindah dari versi satu ke versi lainnya, terus begitu dari bulan ke bulan.

6 bulan berlalu, setahun terlewati, kita belum juga memutuskan versi mana yang mau dijadikan pilihan terakhir.

Selalu saja tergiur mencoba versi-versi lain, bagaikan pengembara lautan yang selalu penasaran mengunjungi satu pulau ke pulau lain, sampai kapal tak mampu berlayar lagi atau tenggelam.

Ada yang berhasil membesarkan pohon anggurnya hingga berbuah dengan cara berpindah-pindah versi seperti itu. Tapi sebagian lain gugur di tengah jalan, termasuk saya. 😭

Ceritanya Begini:

Dulu, saya selalu penasaran dengan panduan dari referensi A, B, C, dan seterusnya. Terutama ketika informasi seputar berkebun anggur sudah mulai berkembang di Indonesia.

Setiap bulan, pasti ada saja referensi baru yang saya temukan dan ingin saya praktekkan.

Tapi nasib saya kurang bagus.

Saya justru semakin bingung dengan pengetahuan yang saya miliki tersebut. 😵

Saya melihat semuanya begitu acak dan berantakan.

Enggak tahu harus memilih informasi yang mana saja, serta bagaimana merangkainya menjadi sebuah panduan yang utuh dan sistematis untuk saya gunakan sendiri.

Seandainya Aja, Nih…

Saya bisa kembali ke masa itu.

Saya berharap bisa berpegang cukup kepada satu referensi paling kredibel, lengkap dan sistematis.

Udah itu aja, enggak perlu lirik-lirik sumber yang lain lagi.

Nanti setelah mempraktekkan seluruh panduan tersebut sampai berhasil (menikmati panen melimpah), barulah mencari tambahan referensi baru untuk menyempurnakan panduan pertama, sekaligus upgrade pengetahuan ke jenjang berikutnya.

Karena sampai kapan pun, tidak ada panduan berkebun anggur yang sempurna.

Selalu ada celah untuk koreksi dan penyempurnaan.

Tugas saya adalah memperbaiki bagian yang tidak berfungsi untuk diri saya sendiri (berdasarkan hasil praktek tadi), dan menyempurnakan bagian yang berfungsi agar semakin optimal lagi hasilnya.

Tapi, tak boleh lah berandai-andai.

Cerita di atas hanya untuk sharing pengalaman aja, siapa tahu bermanfaat buat Anda. 😉