Rootstock


Hampir 99% bibit anggur import yang dijual di pasar tanaman Indonesia, baik secara online maupun offline, berasal dari hasil sambung / okulasi dengan rootstock.

Lalu, apa itu rootstock? 🤔

Tulisan ini akan menjawabnya.

Pilar Bangunan

Anda tahu pilar bangunan?

Itu lho, yang biasanya ada di depan gedung pemerintahan, masjid, supermaket, dan semisalnya.

Tiang-tiang beton yang berdiri kokoh dan berfungsi menopang beban bangunan besar agar tidak roboh.

Pilar bangunan pada dasarnya terdiri dari dua struktur utama yaitu; pondasi dan tiang beton.

Struktur pondasi terletak di bagian bawah pilar dan posisinya ada di dalam tanah, sehingga tidak bisa terlihat mata.

Sedangkan tiang beton adalah struktur yang terlihat menjulang tinggi dari atas permukaan tanah hingga ke ujung atas pilar.

Nah, pohon anggur yang berasal dari bibit hasil sambung / okulasi, bisa diibaratkan seperti pilar beton tersebut.

Struktur Pohon Anggur

Sama seperti pilar bangunan, pohon anggur yang berasal dari hasil sambung / okulasi memiliki dua struktur utama yaitu; rootstock dan scion.

Rootstock ibarat pondasi, sedangkan scion adalah tiang betonnya.

Biar simpel, maka kita bisa menggunakan istilah lain yang lebih ramah di telinga orang Indonesia yaitu; Batang Bawah (rootstock) dan Batang Atas (scion).

Lebih gampang diucap dan diingat, bukan. 😊

Batang atas adalah struktur pohon anggur yang terlihat jelas di atas tanah. Mulai dari batang pokok, percabangan, daun, hingga bunga dan buah.

Sedangkan batang bawah adalah struktur yang tidak terlihat mata, yakni organ akar.

Dengan kata lain, batang atas menumpang tumbuh kepada batang bawah.

Batang bawah dipilih dari varietas anggur tertentu, yang memiliki sistem akar dengan kamampuan adaptasi luas terhadap berbagai jenis tanah berbeda, dan ketahanan tinggi terhadap beragam jenis hama dan penyakit tanah.

Di perkebunan anggur komersial di Amerika dan Eropa, umumnya batang bawah menggunakan varietas dari keluarga “anggur hutan”, yang mana rasa buahnya tidak layak konsumsi.

Wajar sih, karena yang dimanfaatkan hanya organ akarnya saja, sedangkan buahnya enggak penting.

Oya, “anggur hutan” adalah istilah yang saya gunakan pribadi, ya.

Bukan berasal dari literatur ilmiah.

Istilah itu saya ambil untuk memudahkan saya menjelaskan varietas anggur yang tahan banting, tetapi kualitas buahnya sangat buruk. 😏

Oke, lanjut.

Adapun batang atas, dipilih dari varietas tertentu yang mampu berbuah produktif, dengan kualitas buah bernilai komersial tinggi.

Atau meskipun enggak bernilai komersil tinggi, namun masih layak konsumsi. 😋

Varietas Rootstock Di Indonesia

Lebih dari 90% bibit anggur import yang dijual di Indonesia, menggunakan rootstock dari varietas Isabella dan Red Master yang paling besar penggunaannya.

Kemudian sisanya menggunakan varietas Caroline Black Rose, Yellow Belgie, dan Alphonse Lavallee (Anggur Bali).

Menariknya, semua varietas tersebut sebetulnya tidak memenuhi kriteria untuk dijadikan sebagai rootstock, lho. 😳

Lalu mengapa kok digunakan untuk rootstock?

Jawabannya; karena tujuan utama nursery atau produsen menggunakan batang bawah adalah untuk memudahkan mereka dalam memproduksi bibit anggur import secara massal.

Yakni dengan metode sambung / okulasi.

Berbeda dengan penggunaan batang bawah di perkebunan anggur komersial, yang mana tujuan mereka adalah; membantu tanaman utama (batang atas) tumbuh dengan baik di berbagai jenis lahan berbeda.

Sehingga, mereka sangat selektif dalam memilih varietas untuk dijadikan batang bawah; harus varietas yang benar-benar kuat dan bandel sesuai kondisi lahan mereka.

Sekedar Wawasan

Saya tidak ingin membahas secara detail topik rootstock ini.

Karena belum saatnya bagi penghobi pemula untuk mempelajarinya lebih dalam.

Apalagi, topik ini pembahasannya cukup luas jika ditinjau dari beberapa perspektif berbeda.

Yang ada, bakal buang-buang waktu Anda aja.

Dengan memahami materi singkat di atas, setidaknya Anda tidak bingung apabila di kemudian hari bertemu artikel, video, atau obrolan yang menyinggung soal rootstock.

Itu aja tujuan saya menambahkan bab ini. 😉