Sederhana VS Kompleks


Waktu masih SD dulu, ketika mau memotong selembar kertas menjadi dua bagian, saya akan mencari gunting untuk membantu saya memotongnya.

Namun, saya mulai jarang menggunakan gunting setelah tahu ada cara lain yang lebih mudah dan cepat yaitu; melipat kertas menjadi dua bagian, lalu memotongnya menggunakan penggaris.

Di kemudian hari, saya cenderung menggunakan cara ketiga yang jauh lebih mudah dan cepat dari sebelumnya, bahkan tanpa perlu alat apapun.

Cara ketiga adalah melipat kertas menjadi dua bagian, kemudian tekan dan tarik ujung lipatan menggunakan jari telunjuk dan ujung kuku ibu jari. Terakhir, tarik kertas ke dua arah berbeda, maka kertas pun terbelah menjadi dua.

Saya cukup kesulitan menjelaskan cara ketiga di atas menggunakan kata-kata.

Tapi saya yakin, Anda pernah menggunakan cara tersebut dan paham bagaimana melakukannya.

Pelajaran Yang Saya Ambil

Hampir setiap orang, suka melakukan sesuatu menggunakan cara sederhana dibandingkan cara yang kompleks.

Apalagi, kalau kedua cara tersebut memberikan hasil yang sama, maka akan aneh jika mengambil cara yang kompleks.

Cara kompleks biasanya digunakan ketika; cara yang sederhana hasilnya sangat kurang memuaskan, jika dibandingkan dengan cara yang kompleks.

Tapi tergantung kebutuhan.

Kembali ke cerita di awal, cara memotong kertas menggunakan gunting tentu jauh lebih rapi, dibandingkan memotong menggunakan penggaris. Namun cara kedua tersebut masih lebih rapi, dibandingkan cara ketiga yang tidak menggunakan alat apapun.

Namun, apakah berarti cara kedua dan ketiga tidak layak digunakan?

Jawabannya tentu masih layak digunakan, dong.

Karena tergantung kebutuhan kita.

Enggak selalu memotong kertas harus menghasilkan potongan yang rapi. Ada kondisi tertentu, di mana kita ingin memotong kertas secepat mungkin, tanpa mempedulikan hasilnya yang kurang rapi.

Jadi, cara mana yang kita ambil akan menyesuaikan tujuan saat itu; apakah ingin menghasilkan potongan serapi mungkin, atau ingin memotong secepat mungkin.

Tidak ada pilihan yang benar dan salah di sini, karena semuanya benar.

Itu Berlaku Juga Dalam Berkebun

Ada banyak metode berbeda dalam menanam dan merawat pohon anggur.

Mulai dari yang paling sederhana, hingga paling kompleks.

Metode kompleks biasanya memberikan hasil panen lebih baik, dibandingkan yang sederhana.

Namun metode yang kompleks pasti menuntut waktu, tenaga, biaya, dan pengetahuan yang lebih banyak, dibandingkan metode sederhana.

Dulu saat pertama kali menanam anggur, saya tergiur menggunakan metode budidaya yang kompleks. Alasannya, saya berharap bisa mendapatkan hasil panen sebaik mungkin.

Namun realitas seolah berkhianat.

Hasil panen yang saya dapatkan justru jauh dari kata baik, bahkan tak sebaik pohon yang dirawat dengan metode sederhana.

Berkali-kali saya mengalami gagal panen 100%.

Padahal, metode yang saya ikuti sudah terbukti berhasil di rekan-rekan saya.

Salahnya Di Mana?

Ternyata kesalahannya ada pada diri saya sendiri.

Menerapkan metode yang kompleks ternyata tidak semudah yang saya pikirkan.

Semakin kompleks metode, maka semakin banyak pengetahuan dan pengalaman yang harus saya miliki untuk bisa mempraktekkan metode tersebut.

Ibaratnya seperti membuat nasi goreng mewah.

Jika kita disodorkan resep nasi goreng terenak se-Indonesia, saya yakin kita belum tentu mampu membuat nasi goreng seenak yang dimaksud, meskipun kita meniru 100% resep yang diberikan.

Karena mungkin saja, pengetahuan dan pengalaman kita jauh tertinggal dibandingkan orang yang membuat resep tersebut.

Sehingga, banyak hal teknis yang belum kita kuasai, sementara itu sangat menentukan hasil akhirnya.

Yang terjadi adalah rasa nasi goreng buatan kita akan sangat jauh dari standar yang diharapkan. Meskipun sekali lagi, kita sudah totalitas mengikuti resep yang sama.

Dalam bidang apapun, jam terbang adalah kuncinya.

Akhir Cerita

Saya beralih ke metode berkebun anggur yang paling sederhana.

Sudah capek soalnya, gagal panen melulu. 😖

Singkat cerita, setelah mempraktekkan metode sederhana, saya sangat terkejut dengan hasilnya.

Ternyata hasil panen enggak kalah bagus dengan hasil panen rekan-rekan saya yang menggunakan metode kompleks.

Mungkin perbedaannya cuma 11-12, lah. 😁

Pelajaran Lagi Buat Saya

Tadi saya menyebutkan, bahwa hasil panen saya tidak kalah bagus dengan hasil panen rekan-rekan saya.

Padahal, metode yang mereka gunakan jauh lebih kompleks dari punya saya.

Logikanya, hasil panen mereka mestinya jauh lebih baik dong dari saya.

Tapi kenyataannya tidak juga, tuh.

Di sinilah saya semakin yakin, bahwa memang benar; semakin kompleks metode, maka semakin banyak pengetahuan dan pengalaman yang harus dimiliki untuk bisa mempraktekkannya.

Ceritanya nih, rekan-rekan saya kemungkinan belum punya pengetahuan dan pengalaman yang cukup, untuk menerapkan metode kompleks yang mereka ambil tersebut.

Jadi, sebagaimana cerita soal bikin nasi goreng tadi.

Hasil akhirnya tidak sesuai ekspektasi.

Kesimpulan

Jika Anda masih pemula, sebaiknya pilih metode tanam dan perawatan pohon anggur yang paling sederhana.

Praktekkan sampai berhasil mendapatkan panen sesuai standar yang diharapkan metode tersebut.

Setelah berhasil, barulah sedikit demi sedikit pelajari metode lain yang lebih kompleks, untuk mendapatkan hasil panen lebih baik dari sebelumnya.

Karena Anda sudah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang mendukung untuk mempraktekkan metode lebih kompleks.

Tapi, jangan langsung ke metode yang terlalu kompleks juga, ya.

Apalagi ala-ala budidaya skala komersial di luar negeri.

Meskipun Anda berniat ingin sampai ke skala tersebut, tapi tetap pelan-pelan belajarnya.

Biar kalo gagal, enggak terlalu nyesek di hati. 🤭